Sabtu, 02 April 2011

Pengendalian Biaya

Biaya adalah komponen dari pelaksanaan proyek, apa pun item pekerjaannya selalu timbul biaya, dalam pembahasan ini yang disebut biaya adalah biaya yang benar-benar berputar di dalam roda pelaksanaan proyek itu sendiri, yang mana sering disebut biaya langsung.

Adapun yang bisa dikelompokan dalam biaya langsung adalah :

a. Material total kebutuhan proyek

b. Kebutuhan man power

c. Subkont

d. Biaya umum proyek (site exp.)

Pada saat pimpinan proyek sudah ditunjuk oleh management kantor. Ada beberapa langkah yang harus dijalankan oleh pimpinan proyek tersebut.

1. Membuat perhitungan list material total bersama-sama team QS (quantity surveyor) atau Engineering base on dokumen tender yang diterima.

2. Semakin detail mengenai kebutuhan material total akan semakin tajam dalam membuat rencana pelaksanaan proyek.

3. Tentunya dalam membuat list material total diharapkan ada kerja sama yang baik dari divisi eng+estimator, kemungkinan ada klarifikasi khusus pada saat proses negoisasi diwaktu tender berlangsung.

4. Setelah total material selesai dibuat, selanjutnya dengan meminta divisi pembelian untuk mengisi harga sesuai item yang ada pada list total material.

5. Apabila biaya material total sudah diperoleh maka secara kasar boleh dikatakan 70% biaya proyek (RAPP/Rencana Anggaran Pelaksanaan Proyek) sudah teralokasikan.

6. Selanjutnya dari nilai biaya yang timbul per item dilakukan short data dari nilai yang besar sampai yang terkecil, ambil dari biaya yang sudah di short tersebut 80% dari total maka item tersebutlah yang harus dikenadilakn dengan sungguh-sungguh. Dari pengalaman yang ada biasanya munculnya di item main equipment dan material utama instalasi. Cara ini sering orang sebut dengan “diagram pareto”.

Pengendalian biaya dalam penerjemahan didalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan sangatlah unik, dan banyak sekali langkah dan prediksi-prediksi yang akan diambil oleh seorang pimpinan proyek. Akan tetapi dapat diambil sebuah patokan, dari biaya yang muncul di total material tersebut harus terus direview, apabila ada indikasi penyimpangan haruslah dikembalikan kepada rencana awal.

Didalam pembuatan material list penuh dengan prediksi dan pendekatan-pendekatan, serta asumsi metode kerja pelaksanaan, dimana tidak menutup kemungkinan ada perbedaan dalam pelaksanaannya. Seorang pimpinan proyek bila melihat ada ketidak selarasan dari rencana awal terhadap rencana kebutuhan proyek, terhadap pelaksanaan di lapangan, haruslah sesegera mungkin untuk melakukan over/minder terhadap biaya material tersebut dengan membuat list material baru dengan acuan kondisi real di lapangan. Alangkah lebih bagus bila nilai akhir tidak melebihi dari rencana awal. Langkah ini sering disebut di proyek sebagai “Perubahan Rencana Material Total/PRMT” atau ada juga yang menyebut “Perubahan Rencana Permintaan Material/PRPM”

Jumat, 04 Maret 2011

Manajemen Proyek

Kenapa di sebut Proyek?

Segala kegiatan atau aktifitas boleh juga disebut proyek, akan tetapi dalam hal ini kita batasi mengenai apa yang disebut Proyek. Kalau kita amati lebih dalam Proyek punya ciri-ciri sebagai berikut :

a. Mempunyai lingkup pekerjaan tertentu, sebagai perwujudan hasil kerja akhir (output).

b. Dari lingkup pekerjaan diatas (point a) maka akan timbul jumlah biaya, schedule dan kwalitas.mutu pekerjaan

c. Pekerjaan tersebut mempunyai batas waktu yang ditentukan, dari mulai start sampai dengan finish, sehingga jelas kapan titik awal dan titik akhirnya.

d. Mempunyai aktifitas yang tidak berulang-ulang karena semua item pekerjaan dalam proyek tersebut saling berurutan.

Banyak sekali strategi yang bisa dilaksanakan bagi seorang pimpinan proyek, untuk menjalankan proyek tersebut.
Ada 3 hal pokok yang harus dan mutlak dikerjakan seorang pimpinan proyek agar proyek bisa berjalan sesuai dengan harapan yaitu :
1. Pengendalian Biaya
2. Pengendalian Mutu
3 Pengendalian Waktu

Selanjutnya nanti akan kita bahas apa itu pengendalian biaya mutu dan waktu.

Sabtu, 18 April 2009

Contoh Design Sistem Air Buangan (Air Kotor)

4.2 Sistem Drainase Saniter

Jenis Air Buangan

Air buangan atau sering pula disebut dengan air limbah adalah semua cairan yang di buang , baik yang mengandung kotoran manusia maupun yang mengandung sisa – sisa proses dari industri.

Air buangan dapat di bagi menjadi empat (4 ) golongan :

- Air kotor : air buangan yang berasal dari kloset , peturasan , bidet dan air buangan yang mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat - alat – alat plambing

- Air bekas : air buangan yang berasal dari alat – alat plambing lainnya seperti bak mandi ( Bath Tub ) , bak cuci tangan , bak dapur dan seterusnya .

- Air hujan : air buangan yang berasal dari atap bangunan , halaman dan sebagainya.

- Air buangan khusus : air buangan yang mengandung gas ,racun atau bahan – bahan berbahaya seperti yang berasal dari pabrik , air buangan laboratorium, tempat pengobatan , tempat pemeriksaan di rumah sakit , rumah pemotongan hewan , air buangan yang bersifat radioaktif yang di buang dari pusat Listrik Tenaga Nuklir.

Selain jenis – jenis tersebut , air kotor dan air bekas sering di sebut air buangan sehari – hari karena keduanya berasal dari kehidupan sehari – hari.

Sistem Pembuangan Air

Ada dua (2) macam system pembuangan air , yaitu :

a. Sistem campuran

Yaitu system pembuangan untuk air kotor dan air bekas yang di kumpulkan dan di alirkan ke dalam satu saluran riol umum , dimana saluran tersebut sudah disediakan.

b. Sistem terpisah

Yaitu system pembuangan di mana air kotor dan air bekas masing – masing di kumpulkan dan dialirkan terpisah. Untuk daerah di mana tidak tersedia riol umum yang dapat menampung air kotor , maka system pembuangan air kotor akan di sambungkan ke instalasi pengolahan air kotor terlebih dahulu.

Pada system pembuangan untuk pabrik proton ini , system yang di gunakan adalah system campuran , di mana system saluran riol umum sudah di sediakan oleh Pemda setempat sehingga tidak di perlukan system pengolahan air limbah tersendiri.

Drainasi Saniter

Beban maksimum yang diizinkan untuk perpipaan drainasi saniter mengikuti persyaratan yang ada didalam Pedoman Plambing Indonesia 1979.

Alat Plambing

Diameter parangkap

Minimum ( mm )

Diameter pipa buangan alat plambing minimum (mm)

Catatan

1.Kloset : - Tanki gelontor

- Katup gelontor

2. Peturasan

-Tipe didinding

-Tipe gantung didinding

-Tipe dengan kaki,siphon jet atau blow out

-Untuk umum : untuk 2 Orng

Untuk 3 -4 Orang

Untuk 5 -6 Orang

3. Bak cuci tangan ( Lavatory )

4. Bak cuci tangan ( Wash Basin)

- Ukuran biasa

- Ukuran kecil

5. Bak cuci , praktek dokter gigi, salon dan tempat cukur

6. Pancuran minum

7. Bak Mandi

- Berendam ( Bath Tub )

- Model Jepang ( Utk dirumah)

- Untuk umum

8. Pancuran mandi ( dalam ruang)

9 . Bidet

10. Bak cuci untuk pel

- Ukuran besar

11. Bak cuci pakaian

12. Kombinasi bak cuci biasa dan bak cuci pakaian

13. Kombinasi bak cuci tangan 2- 4 Orang

14. Bak cuci tangan,rumah sakit

15. Bak cuci laboraturium kimia

16. Bak cuci macam – macam :

- Dapur untuk rumah

- Hotel komersial

- Bar

- Dapur kecil, cuci piring

- Dapur untuk cuci sayuran

- Penghacur kotoran (Disposer) utk rumah

- Penghacur kotoran (Disposer) besar utk restorant

17. Buangan lantai ( Floor Drain)

75

40

40 – 50

75

50

65

75

32

32

25

32

32

40-50

40

50-75

50

32

65

75-100

40

50

40 -50

40

40-50

40 – 50

50

32

40-50

50

40

50

40-75

75

40

40-50

75

50

65

75

32-40

32

25

32-40

32

40-50

40-50

50-75

50

32

65

75-100

40

50

40-50

40-50

40-50

40-50

50

32

40-50

50

40

50

40-75

1)

2)

3)

4)

3)

5)

5)

6)

7)

8)

3)

9)

11)

11)

Table 1. Diameter minimum, perangkap dan pipa buangan alat Plambing

( Buku “ Perancangan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing “ , Sofyan & Makeo Morimura )

Catatan :

1). Ada dua macam perangkap dan pipa buangan, sesuai dengan tipe peturasannya .

2). Tidak selalu tersedia di toko

3). Pipa buangan 32 mm boleh di gunakan, tetapi karena pipa vent mudah rusak lebih disukai system vent dengan lup . Dianjurkan menngunakan pipa buangan 40 mm untuk menjamin ventilasi dan mengatasi kemungkinan mengendapnya abun atau bahan lainnya pada dinding dalam pipa

4). Bak cuci tangan kecil ini biasanya tanpa lubang peluap, dan di gunakan dalam kakus atau kamar mandi rumah atau apartment.

5). Pipa vent dipasang kalau ukuran pipa buangan 40 mm

6). Ukuran pipa buangan harus sesuai dengan kapasitas bak

7). Di beberap Negara bagian Amerika Serikat jenis ini dilarang , karena letak lubang air keluar rendah sehingga ada kekhawatiran pencemaran oleh air kotor dari alat palmbing lainnya .

8). Ada dua macam dengan ukuran pipa buangan 75 dan 100 mm

9). Ada dua macam perangkap dan pipa buangan, sesuai dengan tipe bak cucinya.

10). Pipa buangan 40 mm untuk perangkap “P” dan 50 mm untuk penangkap lemak

11). Untuk kamar mandi “Barat “ sebenarnya tidak di pasang buangan lantai .Kalau memang diperlukan , seperti kamar mandi Indonesia , ukuran harus disesuaikan dengan banyaknya air yang dibuang

Perhitungan pipa horizontal laju alliran air untuk air kotor & air bekas

1. a.Toilet Lantai 1 (Pipa Horisontal untuk Air Bekas )

- Lavatory : 7 x 1 NUAP = 7 NUAP

- Faucet ( Kran ) : 12 x 2 NUAP = 24 NUAP

+

Total 31 NUAP

NUAP = Nilai Unit Alat Plambing

Ukuran pipa cabang datar horizontal untuk air bekas dipakai : Ф 80 mm yang mana menurut buku “ Perancangan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing “, diperbolehkan sampai untuk 96 NUAP.

b.Toilet Lantai 1 ( Pipa Horisontal untuk Air kotor )

- Urinal : 7 x 4 NUAP = 28 NUAP

- Closet (WC) : 12 x 8 NUAP = 96 NUAP

+

Total 124 NUAP

NUAP = Nilai Unit Alat Plambing

Ukuran pipa cabang datar horizontal untuk air kotor dipakai : Ф 150 mm yang mana menurut buku “ Perancangan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing “, diperbolehkan sampai untuk 372 NUAP.

2. aToilet Mezzanine 1 ( Pipa Horisontal untuk Air Bekas )

- Lavatory : 3 x 1 NUAP = 3 NUAP

- Faucet ( Kran ) : 5 x 2 NUAP = 10 NUAP

- Shower : 10 x 3 NUAP = 30 NUAP

+

Total 43 NUAP

NUAP = Nilai Unit Alat Plambing

Ukuran pipa cabang datar horizontal untuk air bekas dipakai : Ф 80 mm yang mana menurut buku “ Perancangan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing “, diperbolehkan sampai untuk 96 NUAP.

bToilet Mezzanine 1 ( Pipa Horisontal untuk Air Kotor )

- Urinal : 6 x 4 NUAP = 24 NUAP

- Closet (WC) : 5 x 8 NUAP = 40 NUAP

+

Total 64 NUAP

NUAP = Nilai Unit Alat Plambing

Ukuran pipa cabang datar horizontal untuk air kotor dipakai : Ф 100 mm yang mana menurut buku “ Perancangan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing “, diperbolehkan sampai untuk 216 NUAP.

3. a.Toilet Mezzanine ( 2 )

- Lavatory : 3 x 1 NUAP = 3 NUAP

- Faucet ( Kran ) : 3 x 2 NUAP = 6 NUAP

- Shower : 10 x 3 NUAP = 30 NUAP

+

Total 39 NUAP

Ukuran pipa cabang datar horizontal untuk air bekas dipakai : Ф 100 mm yang mana menurut buku “ Perancangan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing “, diperbolehkan sampai untuk 216 NUAP.

4. a.Toilet Assembling ( Pipa Horisontal untuk Air Bekas )

- Lavatory : 10 x 1 NUAP = 10 NUAP

- Faucet ( Kran ) : 8 x 2 NUAP = 16 NUAP

- Shower : 2 x 3 NUAP = 6 NUAP

- Kitchen Sink : 1 x 4 NUAP = 4 NUAP

+

Total 36 NUAP

NUAP = Nilai Unit Alat Plambing

Ukuran pipa cabang datar horizontal untuk air bekas dipakai : Ф 100 mm yang mana menurut buku “ Perancangan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing “, diperbolehkan sampai untuk 216 NUAP.

bToilet Assembling ( Pipa Horisontal untuk Air Kotor )

- Closet (WC) : 8 x 8 NUAP = 64 NUAP

- Urinal : 5 x 4 NUAP = 20 NUAP

+

Total 84 NUAP

NUAP = Nilai Unit Alat Plambing

Ukuran pipa cabang datar horizontal untuk air kotor dipakai : Ф 100 mm yang mana menurut buku “ Perancangan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing “, diperbolehkan sampai untuk 216 NUAP.

5. a.Toilet Welding Shop ( Pipa Horisontal untuk Air Bekas)

- Lavatory : 4 x 1 NUAP = 4 NUAP

- Faucet : 6 x 2 NUAP = 12 NUAP

+

Total 16 NUAP

NUAP = Nilai Unit Alat Plambing

Ukuran pipa cabang datar horizontal untuk air bekas dipakai : Ф 65 mm yang mana menurut buku “ Perancangan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing “, diperbolehkan sampai untuk 25 NUAP.

b.Toilet Welding Shop ( Pipa Horisontal untuk Air Kotor)

- Closet (WC) : 6 x 8 NUAP = 48 NUAP

- Urinal : 3 x 4 NUAP = 12 NUAP

+

Total 60 NUAP

Ukuran pipa cabang datar horizontal untuk air kotor dipakai : Ф 100 mm yang mana menurut buku “ Perancangan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing “, diperbolehkan sampai untuk 216 NUAP.

6. a Toilet Welding Shop (Pipa Horisontal untuk air bekas )

- Lavatory : 2 x 1 NUAP = 2 NUAP

- Faucet ( Kran ) : 4 x 2 NUAP = 8 NUAP

+

Total 10 NUAP

NUAP = Nilai Unit Alat Plambing

Ukuran pipa cabang datar horizontal untuk air bekas dipakai : Ф 65 mm yang mana menurut buku “ Perancangan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing “, diperbolehkan sampai untuk 25 NUAP.

b Toilet Assembling Shop ( PIpa Horisontal untuk air kotor )

- Closet (WC) : 4 x 8 NUAP = 32 NUAP

- Urinal : 3 x 4 NUAP = 12 NUAP

+

Total 44 NUAP

Ukuran pipa cabang datar horizontal untuk air kotor dipakai : Ф 100 mm yang mana menurut buku “ Perancangan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing “, diperbolehkan sampai untuk 216 NUAP.

7. a Toilet Welding Shop (PIpa Horisontal untuk air bekas )

- Lavatory : 6 x 1 NUAP = 6 NUAP

- Faucet ( Kran ) : 11 x 2 NUAP = 22 NUAP

- Shower : 2 x 3 NUAP = 6 NUAP

+

Total 34 NUAP

NUAP = Nilai Unit Alat Plambing

Ukuran pipa cabang datar horizontal untuk air kotor dipakai : Ф 100 mm yang mana menurut buku “ Perancangan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing “, diperbolehkan sampai untuk 216 NUAP.

b Toilet Welding Shop (PIpa Horisontal untuk air kotor )

- Closet (WC) : 4 x 8 NUAP = 32 NUAP

- Urinal : 6 x 4 NUAP = 24 NUAP

+

Total 56 NUAP

NUAP = Nilai Unit Alat Plambing

Ukuran pipa cabang datar horizontal untuk air kotor dipakai : Ф 100 mm yang mana menurut buku “ Perancangan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing “, diperbolehkan sampai untuk 216 NUAP.